Google merupakan sebuah perusahaan yang awalnya hanya bergerak di ranah mesin pencarian
website,
namun seiring perkembangannya, Google tumbuh menjadi perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi informasi dengan mengandalkan kecerdasan
buatan dan
data mining yang membuat bisnisnya semakin maju.
Tidak hanya itu perusahaan yang dulunya suka ngasih gratisan ini, kini
punya berbagai layanan eksklusif bagi
enterprise untuk mendapatkan dukungan Google dalam proses bisnis konsumenya.
Google sendiri tidak hanya mempengaruhi kehidupan orang – orang pada umumnya. Para
IT developer
pun ikut terkena imbasnya dengan kehadirannya. Rekomendasi hasil
pencarian terbaik yang diberikan Google mampu mengubah beberapa
kebiasaan
developer dalam belajar, dan kehadiran teknologinya
mampu mengajak orang untuk bergabung dengan Google. Oleh karena itu mari
kita simak 10 tipe
developer yang berhubungan dengan Google :D.
1. Ga mau Googling
Nah
developer ini biasanya emang baru belajar pertama kali. Biasanya ketika ada
problem
selalu melempar pertanyaannya langsung kepada yang lebih ahli baik di
forum ataupun secara langsung. Karena seringnya menanyakan pertanyaan
yang sudah biasa ditanyakan tanpa Googling dulu, alhasil bukannya dapat
jawaban yang pas malah kadang kena Bully dari anggota yang lainnya.
Biasanya tipe
developer yang ga mau Googling akan mendapatkan jawaban: “coba gooling”, “udah googling aja”, “biasain googling”, dan lain – lain.
Ada aja alasannya mulai dari ga punya akses internet di luar
website
yang digratiskan, ga bisa bahasa inggris, ga tahu keywordnya, sampai
bilang males. Aduhai sekali teman, hidup itu perlu usaha dan
pengorbanan. Dan pertanyaannya pun tidak lebih dari “Apa sih Linux?”,
“Gan minta contoh tutorial bahasa pemrograman PHP dong”, “cara membuat
SQL itu gimana sih gan”.
Buat kamu yang ada di tipe pertama ini :3, semangat terus yah belajarnya. Cobain untuk googling masalah kamu dulu yah :D.
2. Suka nyuruh Googling
Biasanya
developer seperti ini yang sudah malang melintang di dunia IT. Para pemula atau
developer
level apapun yang menanyakan pertanyaan biasa aja, akan disuruh
googling langsung. Memang benar hanya dengan googling saja kita dapat
melihat jawaban lengkap dari pertanyaan biasa saja tersebut. Tapi beda
bila pertanyaannya memang unik dan belum pernah ditemukan sebelumnya
dari orang yang ditanyakan, pasti dia pun akan menjawab pertanyaan dan
mengajak kita diskusi, walaupun tidak lama kemudian akan menyuruh
googling lagi. Namun ada juga
developer yang belum punya
kesempatan untuk menjawab karena mungkin sedang sibuk atau ada kerjaan
lain yang lebih diprioritaskan akhirnya nyuruh googling juga.
Buat kamu yang suka disuruh googling, jangan menyerah karena ga dijawab yah :D. Ayo mari kita googling.
3. Suka Googling sendiri
Nah tipe
developer seperti ini biasanya merupakan tipe
developer
yang efektif dan efisien, karena problem yang dia temukan dihadapi dulu
sendiri dengan mencari jawaban di Google, kemudian mengumpulkan hasil
pencarian dan membaca hasil pencarian untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Developer seperti ini akan menjadi
developer
yang akan selalu mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang sudah
umum, misal “cara konfigurasi web server …. “, “cara membuat web dengan
python…”, “cara mengirim e-mail dengan node.js”, dan lain – lain.
Kadang bila ada sebuah obrolan yang terdengar olehnya, ketika
temannya lagi ngobrolin Angular.js atau Dart, maka dia tidak akan
tinggal diam dan langsung googling kedua kata tersebut dan membaca
pengenalannya. Sehingga dia dapat informasi baru apa yang diobrolin
temannya, dan menjadi lebih nyambung kalau nanti ada obrolan serupa.
Yah memang saat ini untuk nyambung dalam sebuah obrolan
developer
kita harus rajin mencari apa yang kita belum tahu tanpa harus
menanyakannya dulu. Tapi hati – hati juga jangan sampai setiap hal yang
diobrolakan teman
developer kita, dicari terus. Entar malah kebanjiran informasi yang akan membuat kita tidak fokus dalam ngulik sesuatu.
4. Tukang ngulik Android
Selain terkenal dengan mesin pencariannya, salah satu teknologi yang tidak asing di mata
developer atau
user adalah Android. Sistem operasi untuk
smartphone berbasis Linux yang diciptakan Andy Rubin ini mampu menciptakan gelombang baru dalam pengembangan aplikasi perangkat
mobile. Sebagai sistem oeprasi
mobile yang bersifat
open source, sistem operasinya banyak dimodifikasi oleh
vendor teknologi
mobile
seperti Samsung, ASUS, Huawei, Sony, Motorola, dan lainnya. Android
sendiri dikembangkan untuk membangun berbagai perangkat tidak hanya di
smartphone dan
tablet saja, sekarang Android sudah mulai digunakan untuk mengembangkan
appliance seperti IP TV,
netbook,
dashboard mobil, dan
digital signage.
Dengan kehadiran berbagai perangkat berbasis Android tersebut, para
developer sudah banyak yang terjun dalam pengembangan aplikasi untuk Android. Para
developer sudah tidak asing dengan Android Development Tools yang suka nge-
hang
di laptop mereka, kehadiran Android Studio dengan Gradle yang cukup
asing karena konsep pengembangan aplikasi jadi berbeda, tidak aneh jika
emulator Android malah menjadi awal dari proposal pengadaan laptop baru,
dan menerbitkan aplikasi mereka di Google Play untuk meraup rezeki dari
aplikasi yang mereka kembangkan.
Selain menggunakan teknologi
native dengan Java atau NDK, para
developer Android pun ada yang mencoba mengembangkan aplikasi
hybrid dengan paduan teknologi
web (HTML, CSS, dan Javascript) dan
native menggunakan sebuah alat yang dinamakan PhoneGap. Dan salah satu tantangan terbesar para
developer Android adalah adanya fragmentasi versi Android yang sangat beragam.
5. Antusias dengan teknologi Google
Google dengan teknologinya yang beragam, berhasil menggaet para
developer
untuk menggunakan teknologinya. Misal siapa sih yang ga kenal dengan
Google Maps, banyak yang menggunakan teknologi tersebut dan menempelkan
kode Javascript untuk menampilkan suatu lokasi di
website yang
mereka kembangkan. Bahkan ada pula yang membangun sistem informasi
geografis dengan mengandalkan Google Maps. Tidak hanya itu
developer Android pun ada yang menggunakan sebuah teknologi
push notification yang dirilis Google.
Seiring perkembangannya Google pun berhasil mewadahi
developer dan penelitinya dengan menciptakan sebuah
framework untu Javascript yaitu Angular.js, dan dua bahasa pemrograman baru yaitu Go dan Dart. Angular.js sendiri punya slogan
The Superhero Framework, yang dirilis oleh Google untuk membantu
web developer dalam membangun
single page application.
Lalu ada juga orang yang rela pindah dari bahasa pemrograman yang biasa
di gunakan untuk menggunakan Go di kesehariannya baik untuk ngulik
ataupun kerjaan. Mereka yang menggunakan Go berpendapat bahwa Go
memiliki kecepatan yang tinggi saat proses kompilasi dan memiliki
dukungan
concurrency yang sangat memukau. Lalu ada Dart yang diklaim sebagai
superset dari Javascript,
web developer dapat menggunakan sintaks – sintaks mirip Java tapi untuk membangun kode Javascript. Seperti kita tahu di Javascript tidak ada
keyword seperti
class, fitur
static type, dan
modifier seperti
private atau
protected. Itulah kenapa Dart hadir dan menjadi salah satu hal yang sedang menjadi daya tarik Google yang terbaru.
hanya untuk mengikuti konferensi yang diselenggarakan Google atau yang melibatkan Google.
6. Punya kemampuan googling khusus
Tidak semua
developer mempunyai keahlian khusus dalam
Googling, hanya beberapa diantaranya yang niat mencari berbagai perintah
khusus untuk melakukan Googling yang lebih efektif. Misal saja, seorang
developer ingin mencari jurnal internasional tentang
kecerdasan buatan maka dia akan melakukan pencarian dengan mengetikkan
kata kunci “artificial intelligence international journal filetype:pdf”
atau “artificial intelligence proceeding filetype:pdf”. Wah apa itu
filetype:pdf?
Google akan melakukan pencarian dengan kata kunci yang diberikan dan
akan memberikan hasil pencarian berupa tautan yang langsung menuju
file PDF tanpa tercampur dengan tautan halaman
web atau format
file lain.
Bedanya dengan
developer yang belum mengenal teknik googling, pasti tidak akan pernah mengetikkan
filetype:pdf atau perintah khusus lainnya. Alhasil waktu pencarian pun habis karena
developer tersebut nyangkut di halaman
web yang diklik dari hasil pencariannya, niat ingin mencari jurnal internasional malah baca artikel lain.
7. Menggunakan layanan gratis Google
Nah kalau
developer yang ini biasanya lebih memilih layanan
gratis Google karena sudah terbiasa atau belum kenal dengan layanan dari
kompetitornya. Misalnya ketika ingin mengintegrasikan peta
online ke dalam aplikasi yang dikembangkannya, Google Maps menjadi pilihan utama dibandingkan penyedia peta
online lainnya. Ketika mengembangkan aplikasi
web pun lebih memilih Google Chrome karena butuh Postman dan
extension lainnya. Bahkan ada beberapa
developer
yang memilih Google Chrome karena memiliki sentimen terhadap penyedia
lainnya. Google Hangout, Docs, dan Gmail pun menjadi alat yang tidak
lepas untuk menunjang pengembangan aplikasi serta kolaborasi antar tim.
Tidak lupa dengan adanya portal Google Developer, mencari referensi
untuk pengembangan aplikasi pun lebih mudah karena dokumentasi yang
disediakan Google sangat memukau.
8. Kepo dengan perkembangan Google
Tidak hanya soal teknologi saya yang menjadi perhatian para
developer, berita soal saham Google, keterlibatan kedua
founder Google, arsitektur kantornya yang unik, hingga gosip kedua
founder Google pun tak luput menjadi perhatian para
developer. Walaupun diluar konteks, informasi – informasi ini menambah keunikan Google bagi para
developer.
Tentu saja tidak aneh bila kita melihat artikel “Siapakah orang terkaya
di dunia ini”, “Siapakah orang terkaya di bidang IT”, “Perusahaan IT
apakah yang paling maju”, pasti jawabannya akan ada Google di artikel
tersebut.
Sistem kerja di Google pun menjadi perhatian para
developer
luar yang ingin bekerja ataupun magang di Google. Karena suasananya yang
tampak sangat menyenangkan, tak heran bila Google memiliki
developer –
developer
hebat yang membuat bisnis mereka semakin maju. Dan tak luput pula acara
– acara yang diusung Google seperti Google I/O menjadi konsumsi bagi
beberapa
developer yang menaruh perhatian terhadap Google. Bahkan ada yang rela jauh – jauh dari Asia ke Amerika Serikat
9. Menjadi komunitas Google
Wah kalau
developer yang satu ini selain sering menggunakan
teknologi dari Google, mereka aktif juga menjadi penyambung lidah Google
kepada komunitas di negaranya. Sebut saja Google Developer Group
Indonesia yang pernah mengadakan
mini-conference di Bandung dan
kota lainnya. Mereka biasanya beranggotakan perorangan, komunitas, dan
perusahaan. Selain menyampaikan apa saja yang mereka bangun dengan
teknologi Google, mereka pun memberikan informasi seputar Google bagi
komunitas lainnya.
Selain itu ada juga Google Student Ambassador yang beranggotakan
mahasiswa. Tentu saja mereka menjadi duta dari misi penyebaran teknologi
Google yang memang diperuntukkan bagi khalayak ramai. Mereka tidak
hanya berisi
developer, mahasiswa dengan latar belakang bukan
developer pun ikut gabung karena mempunyai ketertarikan terhadap misi dan produk Google.
Dengan hadirnya komunitas Google ini, tidak akan aneh bila kita akan menjumpai acara yang di-
extend dari acara pusatnya. Misal kita akan menemukan Google I/O Extended di berbagai kota di Indonesia.
10. Menjadi karyawan Google
Mungkin sebuah kesempatan yang sangat beruntung bila dapat bekerja di
Google. Tak hanya mengetahui perkembangan teknologi Google dari dekat,
mungkin
developer yang satu ini akan terjun langsung dalam pengembangan teknologi tersebut. Bila mempunyai kemampuan yang sesuai,
developer
ini mungkin dapat terlibat langsung dalam pengembangan Google Chrome,
Android, Google Maps, dan produk lainnya. Tak pelak para karyawan Google
ini pun sering manggung menjadi pemateri di berbagai konferensi
internasional.
Selain menjadi karyawan, bagi yang sedang kuliah magister atau
doktoral pun dapat mengajukan proposal ke Google untuk melakukan
penelitian disana. Dengan adanya infrastruktur dan teknologi Google,
para mahasiswa tingkat lanjut tersebut dapat melakukan penelitian dengan
lebih mumpuni. Google tidak hanya bergerak dalam bisnis teknologi
informasi saja, mereka pun aktif dalam melakukan riset dan
mempublikasinnya di Google Research. Di satu sisi, mereka maju dengan
bisnis mereka. Bersama para karyawan dan mahasiswa tingkat lanjut mereka
meningkatkan ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian. Mungkin
Google bukanlah sebuah perusahaan tapi bisa dikatakan sebagai Perguruan
Tinggi juga :D.